Laman

Rabu, 03 Juli 2019

TUGAS 3 - PROGRAM KERJA KONSERVASI


KONSERVASI YANG DAPAT DILAKUKAN PADA KLENTENG BOEN TEK BIO

Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan, konservasi yang dapat dilakukan pada Klenteng Boen Tek Bio adalah sebagai berikut :
1.          Upaya Pelestarian
Dalam melakukan upaya pelestarian diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pihak pengelola, dan tentunya melibatkan masyarakat. Selain mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan pelestarian sebagai pedoman bagi pihak pengelola, pemerintah juga perlu membuat kebijakan terpadu seperti insentif pajak, pengembangan kawasan terpadu yang bebas kemacetan lalu lintas, promosi pariwisata dan penghentian ragam pungutan serta pemerasan di kawasan pecinan agar pelestarian lanskap sejarah di Kawasan Cina Benteng ini dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Untuk melindungi kawasan bersejarah pemerintah harus menetapkan land useyang sesuai. Rencana konservasi dan revitalisasi harus mencakup kawasan dengan obyek-obyek penting. Berdasarkan peta rencana konservasi dan revitalisasi yang telah ada, revitalisasi tidak mencakup kawasan tempat terdapatnya Klenteng Boen Tek Bio, Masjid Jami’KaliPasir yang merupakan Cagar Budaya. Oleh sebab itu perlu dilakukan perluasan kawasan perlindungan yang terintergrasi dengan program revitalisasi Kota LamaTangerang. Selain itu bagi obyek-obyek yang memiliki nilai penting sejarah akan tetapi belum ditetapkan sebagai Cagar Budaya sebaiknya diberi status Cagar Budaya agar mempunyai legalitas perlindungan untuk menjaga kelestariannya. Berbagai tindakan pelestarian yang dilakukan secara langsung terhadap obyek juga perlu dilengkapi dengan adanya upaya pelestarian kawasan secara keseluruhan, untuk itu perlu ditetapkan zonasi pada kawasan. Penetapan zonasi ini bertujuan untuk melindungi Kawasan Cina Benteng ecara keseluruhan.

2.          Daya Tarik Wisata
Kawasan Cina secara keseluruhan dengan keberadaan sungai-sungai, bangunan-bangunannya, serta aktivitas/budaya masyarakat di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan Pasar Lama memiliki nilai keunikan baik didukung dengan keberadaan ruko-ruko yang masih kental dengan arsitektur lama yang bernuansa Etnis Tionghoa, meskipun sebagian besar kondisi fisiknya memprihatinkan. Kecap Siong Hin hitam Kecap Siong Hin dilestarikan oleh sang pemilik dengan mempertahankan bangunan sebagaimana adanya keunikan rasa yang telah eksis sejak tahun 1920 baik didukung oleh arsitektur bangunan khas Etnis Tionghoa yang masih asli dan aksesibilitas yang mudah dijangkau.
Sedangkan Kelenteng Boen Tek Biomemiliki keunikan, arsitektur, keutuhan, keaslian, dan aksesibilitas sedikit kurang terjangkau karena posisinya terletak di dalam Pasar Lama yangapabila kita hendak menuju kelenteng harus melewati suasana pasar yang tidak tertata dengan baik dan karena bahu-bahu jalan dipakai untuk para pedagang yang mengakibatkan jalur masuk kendaraan sulit untuk dilewati sehingga harus parker di luar kawasan Kelenteng Boen Tek Bioseperti parkir di sepanjang Jalan Ki Samaun. Masjid Jami’Kali Pasir Rumah Masjid Jami’Kali Pasir merupakan tempat ibadah yang dilestarikan keunikan yang baik dikarenakan dikisahkan Masjid Jami’Kali Pasir terakhir dipugar pada tahun 2002 untuk memperkokoh bangunan tetapi berusaha mempertahankan bentuk asli masjid. Kawasan Permukiman Gang Kali Pasir, Gang Tengah (Cirarab), Gang Gula (Cilangkap) memiliki keunikan tersendiri dikarenakan di dalam gang ini masih terdapat rumah-rumah dengan keaslian arsitektur Etnis Tionghoa sebagian besar penduduk Cina Benteng pun bertempat di tiga gang ini.
Berikutnya adalah Museum Haritage, museum ini memiliki nilaiKeunikan, nilai sejarah, nilai budaya, ilmu pengetahuan dan berbagai peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di dalam museum. Sedangkan arsitektural, keutuhan,keaslian, dan kondisi fisik museum juga bernilai baik karena pengelolaandikelola secara swadana sang pemilik tunggal dan koleksinya berasal dari koleksi pribadi serta sumbangan dari warga sekitar Tangerang.

3.          Fasilitas Interpretasi dan Informasi
Interpretasi adalah suatu kegiatan memahami dan merasakan penampilan,nuansa, ataupun pesan yang disajikan dari suatu obyek dan lingkungannya.Fasilitas interpretasi dan informasi sangat penting dalam kegiatan wisata sejarahuntuk membantu para wisatawan memahami, merasakan, dan mendapatkanpengalaman dari obyek yang dikunjunginya. Fasilitas interpretasi bermacam-macam seperti guide, leaflet, brosur, papan informasi, booklet, foto/gambar,museum, dan media elektronik. Keseluruhan obyek dan kawasan sejarah di Kawasan Cina Benteng ini tidak mempunyai fasilitas interpretasi berupa, leaflet, booklet, foto/gambar, media elektronik, maupun papan informasi yang dapat memberikan penjelasan dan informasi kepada para pengunjung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obyek-obyek sejarah yang bersangkutan, hanya pada obyek museum heritage saja yang sudah mempunyai fasilitas interpretasi. Hal ini disebabkan karena kawasan bersejarah di Kawasan Cina Benteng ini belum dikelola secara khusus sebagai obyek wisata sehingga belum memiliki fasilitas interpretasi.
Informasi mengenai obyek dapat diperoleh para pengunjung apabila melakukan wawancara atau bertanya kepada pihak pengelola maupun pemiliknya langsung. Selain itu penjelasan dan informasi mengenai obyek juga dapat diperoleh para pengunjung ketika mereka mengikuti kegiatan wisata yang diadakan oleh komunitas-komunitas pecinta sejarah maupun oleh instansi pemerintah pada waktu-waktu tertentu, misalnya dalam rangka peringatan Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh.

4.          Aksesibilitas dan Transportasi
Untuk mendukung kemudahan dalam melakukan kegiatan wisata faktor aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Faktor aksesibilitas yang dilihat di sini meliputi kondisi fisik, kemudahan dan kapasitas, yang dimaksud dengan kondisi fisik adalah kondisi jalan dilihat dari segi fisiknya, apakah cukup layak sebagai akses keluar masuk obyek sejarah, apakah jalan tersebut dalam kondisi baik atau buruk (rusak) sehingga perlu diperbaiki, yang dimaksud dengan kemudahan di sini adalah kemudahan dalam menuju dan menggunakan akses keluar masuk tersebut, apakah terdapat rintangan dan kesulitan-kesulitan seperti jalan yang berliku, jalan yang menanjak, kemacetan, dan sebagainya

5.          Pengelolaan Wisata
Pengelolaan obyek-obyek wisata di wilayah Kota Tangerang berada di bawah pengawasan Pemerintah Daerah Kota Tangerang pengawasan dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang. Upaya pemerintah dalam pengelolaan obyek wisata bersejarah adalah dengan membuat peraturan perundang-undangan tentang pariwisata. Upaya pemerintah kota untuk mengelola obyek-obyek wisata adalah dengan melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap usaha, sarana pariwisata, objek dandaya tarik wisata, penyuluhan kepariwisataan kepada masyarakat, pemberian petunjuk teknis tentang kegiatan, usaha, sarana pariwisata,obyek dan daya tarik wisata, pemberian perizinan dan atau rekomendasi terhadap kegiatan dan usaha pariwisata, serta melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian kegiatan dan usaha pariwisata. Hal ini dilakukan terutama pada obyek-obyek yang telah terdaftar sebagai obyek-obyek wisata Kota Tangerang bekerjasama dengan yayasan pengelolaan dan pemilik masing-masing obyek.



Daftar Pustaka
·               Hueken. 1997. Sejarah Tionghoa. Bandung: Erlangga.
·               Purcell. 1997. Klenteng Kuno. Jakarta dan Jawa Barat: Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar