CerPan
(Cerpen Pancasila)
“Memaknai Nilai Nilai Pancasila Pada Diskusi
Perayaan Hari Kartini”
1.
Ketuhanan
yang maha esa
Makna :
Menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Tidak biasanya, beberapa
bahkan semua murid di salah satu kelas di
SMA 23 belum juga melangkahkan kakinya keluar
kelas, mengingat jam pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu. Nyatanya
sang ketua kelas yang meminta mereka untuk tidak langsung pulang ketika jam
pelajaran selesai, mereka diminta untuk memberikan pendapat pada diskusi untuk Perayaan Hari Kartini mendatang.
Suara riuh mereka
perlahan surut ketika salah satu siswi yang dikenal sebagai ketua di kelas
mereka melangkah kedepan kelas, tanda akan memulai diskusi siang itu. Semua
mata tertuju padanya ketika ia berdeham seolah meminta perhatian dari semuanya.
“Untuk diskusi kali ini saya sendiri yang akan
memimpin. Sebelumnya perkenankan saya
untuk memimpin doa menurut agama islam,”
Perlahan semua
menundukan kepala, mempersilahkan ketua kelas memimpin doa mereka. Setelah selesai
berdoa semua bibir bergerak menyebut kata ‘amin’. Sang ketua kelas kembali
melanjutkan diskusi mereka.
2.
Kemanusiaan
yang adil dan beradab
Makna :
Tidak membeda-bedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit, dan sebagainya.
“Oke langsung saja kita mulai
diskusi untuk Perayaan
Kartini siang ini.”
“Seperti yang kalian
tahu, saya mengumpulkan kalian semua siang ini untuk membahas konsep Perayaan Kartini yang akan
dilaksanakan pada tanggal 1 April mendatang.”
“Seperti konsep perayaan
ditahun-tahun sebelumnya, tiap kelas wajib berpakaian adat daerah dan memilih pasangan
untuk menjadi maskot kelas. Dan kelas kita kebetulan ditunjuk untuk memakai
pakaian adat suku batak untuk pasangan maskot kelas.”
“Tapi yang berbeda dari tahun
sebelumnya, kali ini guru meminta kita untuk
tidak
memakai pakaian adat dari
daerah kita sendiri, melainkan penentuan pakaian
adat dari hasil kocokan ini.” lanjutnya sambil mengangkat
gelas berisi gulungan kertas yang mereka anggap akan menjadi penentu pakaian
adat apa yang akan mereka kenakan di perayaan itu.
Kelas kembali riuh
seperti sebelumnya. Mereka sedikit memperdebatkan tentang konsep baru itu pada siswa
di dekatnya. Dari raut wajah mereka terlihat
ada yang merasa setuju atau senang dengan konsep itu,
ada pula yang sepertinya sedikit kurang setuju. Merasa suasana kembali ribut,
ketua kelas kembali berdeham dan melanjutkan kembali ucapannya.
“Saya harap kalian semua
bisa menerima konsep baru ini. Karena saya
rasa guru meminta cara ini agar kita lebih bisa adil dan mentolerir pakaian suku
adat manapun yang akan kita gunakan di perayaan itu. Tidak melulu menggunakan
pakaian adat kita sendiri. Bagaimana? Sampai di sini ada pertanyaan?”
3.
Persatuan
indonesia
Makna :
Menumbuhkan sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.
Salah satu murid yang
duduk di paling belakang mengangkat tangannya, “Lalu bagaimana dengan maskot kelas? Kalau
kita mendapat suku batak, siapa yang akan menjadi maskotnya? Martina?”
Semua melihat kearah Martina, siswi yang
mereka kenal berasal dari Suku
Batak. Merasa namanya
terpanggil, siswi itu mengangkat alisnya bingung.
“Aku? M.., aku tidak
masalah kalau kalian semua mempercayai aku sebagai maskot kelas.”
Ketua kelas sedikit
menyunggingkan senyumnya. Ia pikir
dengan Martina rela menjadi maskot
kelas tanpa ada paksaan, ini berarti akan meringankan bebannya untuk tidak memaksa
murid lain menjadi maskot. Karena tugas seorang maskot itu bukan hanya sekedar
menjadi maskot untuk dipertontonkan kelas lain. Pasangan maskot dituntut harus
bisa berjalan layaknya model, mengetahui seluk beluk daerah maskot
masing-masing, serta pandai bernyanyi. Karena semua itu yang akan menjadi
penilaian bagi maskot kelas mana yang terbaik. Bisa dikatakan perayaan ini seperti
perayaan menentukan abang none SMA 23.
“Oke bagaimana pendapat
kalian? Bukankah martina sangat cocok menjadi maskot kelas kita tahun ini?”
Semua terlihat
mengangguk setuju.
“Iya menurutku Martina memang sangat
cocok. Dia cantik, bisa bernyanyi. Selain itu Batak juga merupakan sukunya sendiri,
kurasa ia sangat mengerti dengan budayanya.” sahut
yang lain memberikan tanggapan. “Tapi
yang jadi masalah, siapa yang akan menjadi pasangan Martina? Di sini hanya
martina yang berasal dari suku batak.”
4.
Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Makna :
Musyawarah untuk mufakat.
Semua nampak berpikir.
Benar juga, di kelas hanya Martina
yang berasal dari Suku
Batak. Tidak ada siswa lain di kelas mereka yang
berasal dari suku batak.
“Tapi menurutku untuk
menjadi maskot tidak perlu siswa yang berasal dari daerah suku yang diminta
guru, asalkan memiliki wajah rupawan dan suara yang bagus, itu tidak akan
menjadi masalah. Untuk masalah wawasannya tentang budaya daerah itu, ia bisa
mempelajarinya sebelum hari perayaan.” Ujar seorang murid bernama Nisa
“Kalau memiliki wajah
rupawan dan pintar bernyanyi, sepertinya itu tertuju padamu!” sahut siswi
berperawakan imut menimpali
ucapan Nisa. Telunjuknya mengarah pada siswa yang
duduk disebelahnya.
“Apa? Aku?!”
Yang lain kembali
melihat ke arah objek yang sama. Objek yang ditunjuk oleh siswi berperawakan
imut tadi, Dandy.
Dandy memang dikenal siswa yang mengikuti paduan suara untuk SMA mereka, selain
itu wajah tampannya menjadi bagian plus untuk dirinya.
“Kurasa dia benar. Kau
lumayan cocok untuk menjadi maskot.” Ujar
Nisa lagi
“Tapi aku tidak punya
pakaian Suku Batak.” timpal Dandy masih kurang
setuju dengan pilihan teman-temannya
padanya.
“Untuk masalah itu tenang
saja, saya sudah memikirkannya.”
Semua kembali menaruh perhatian pada ketua kelas. “Saya berencana untuk
menggunakan uang kas untuk membiayai pinjaman pakaian adat untuk maskot kelas.
Bagaimana? Yang setuju Martina
dan Dandy yang menjadi
maskot kelas kita tahun ini tolong acungkan tangan!”
Tanpa ragu hampir semua
murid mengangkat tangannya, terkecuali martina dan dandy yang ditunjuk menjadi
maskot kelas mereka.
“Nah, gimana, Dan? Semua sudah setuju
untuk menjadikanmu sebagai maskot kami.” Tanya ketua kelas sekali lagi pada
siswa bernama Dandy
itu.
“M.., yasudah kalau
kalian memberikan kepercaayaan itu padaku. Tidak ada alasan lagi untukku
menolak kepercayaan kalian.” Dandy menyunggingkan senyum disela ucapannya.
Begitupun ketua kelas yang sangat puas dengan pilihan maskot kelas mereka.
Makna :
Sikap adil terhadap sesame, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
menghormati hak-hak orang lain.
“Oke kalau begitu,
setelah ini kalian bisa langsung maju
satu persatu untuk penentuan pakaian adat mana yang akan kalian kenakan untuk Perayaan Kartini nanti.”
Satu persatu dari
mereka mulai berdiri dan maju kedepan mengambil pilihan untuk pakaian adat
mereka, kecuali Martina
dan Dandy. Dirasa semua
sudah mengambil giliran, ketua kelas menyuruh mereka membuka kertas pilihan
masing-masing dan menyebutkan pakaian
daerah yang dipilih untuk dicatat di papan tulis.
“Ketua! Boleh saya bertanya?” sahut salah
seorang siswa tiba-tiba.
Ketua kelas mengalihkan
perhatian padanya. Raut muka nya seolah berkata “Ya boleh silahkan!”
“Saya mendapat pakaian adat Suku Minang. Saya rasa biaya peminjaman
pakaian Adat Minang cukup mahal.
Kalau diperkenankan, bolehkah saya
menukarnya dengan pakaian adat lain?”
Ketua kelas nampak
berpikir. Sulit juga kalau ada hal semacam ini. Haruskah ia memberikan
keringanan dengan membolehkannya
menukar pilihan siswa tersebut, atau memberikan pinjaman uang untuknya? Sepertinya
pilihan pertama akan lebih masuk akal. Tapi sebelum ia kembali bersuara, salah
satu siswa bernama Fadhli
lebih dulu bersuara dibanding dirinya.
“Kurasa aku bisa meminjamkan baju
adat ku padamu. Aku memilikinya satu dirumah.”
Fadhli,
ia murid di kelas mereka yang berasal dari Padang
selain Shafly dan Eno.
“Oh benarkah? Boleh aku
meminjamnya?”
Fadhli
mengangguk, “Ya
tentu saja.”
“Oke! Saya rasa diskusi ini cukup sampai disini. Semua keputusan sudah jelas. Mungkin besok saya, bendahara,
dan sekretaris mulai bisa mencari pakaian adat untuk mascot kelas.”
Ketua kelas kembali berucap. Ia menyudahi diskusinya dengan menutup dengan doa
dan mengucapkan terima kasih atas perhatian
dan partisipasi mereka selama diskusi berlangsung, lalu mempersilahkan mereka
kembali pulang ke rumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar