Laman

Rabu, 01 Maret 2017

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN #1

POHON SUKUN MERUPAKAN BUAH LAHIRNYA ISTILAH PANCASILA





Seokarno atau yang akrab disapa Bung Karno merupakan bapak proklamator yang dikenal juga sering melakukan meditasi atau bersemedi. Ia melakukan meditasi karena desakan pengasingan dari negara yang menjajah Indonesia pada waktu itu atau sekedar rutinitas Bung Karno kala ia mengunjungi sanak saudara di kampung halaman, Blitar, Jawa Timur.

Sudah banyak pula artikel-artikel yang membicarakan tempat-tempat di Indonesia yang menjadi tempat meditasinya. Tempat-tempat itu juga banyak disebut angker karena dibicarakan sebagai tempat pertemuan Bung Karno dengan makhluk goib seperti Nyi Roro Kidul. Tapi entahlah, itu merupakan cuap cuap dari masyarakat setempat yang pernah menjadi saksi kegiatan meditasi Bung Karno pada waktu itu.

Seperti halnya sekitar tahun 1930-an, Ir. Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Ende, Flores, NTT. Saat di pengasingan tersebut, ia sering bermain bersama masyarakat setempat, sekedar melepas  jenuh. Saat lelah ia duduk di bawah pohon sukun berbatang lima. 
Saat itulah Soekarno merenung dan masih dapat memikirkan bagaimana menyatukan Nusantara dalam satu dasar negara. Mengingat Indonesia memiliki banyak perbedaan suku, agama, ditambah dengan jarak antar pulau yang cukup jauh, membuat Soekarno berpikir matang untuk menyatukan Indonesia. Saat duduk dibawahnya, ia mengamati batang pohon sukun, tiba-tiba ia mendapat inspirasi dari batang tersebut dan lahirlah Pancasila.

Hasil gambar untuk DANAU KELIMUTU
Danau Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Banyak yang mengatakan, saat di Pulau Flores, ia tidak banyak memiliki teman, ia lebih sering menghabiskan waktu berjam-jam lamanya dengan bersemedi di pinggir danau Kelimutu, di bawah pohon sukun. Ia tidak pernah lepas dari rasa dan kata syukur kepada Tuhan walau keadaannya yang notabane sedang diasingkan. Kemudian secara alami munculah kelima sila sila Pancasila di tanah Flores itu.

Bung Karno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi nusantara sendiri. Dan ia menemukan lima butir mutiara yang indah.

Lima mutiara berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila sekarang.

Guna mengenang keberadaan Soekarno di Ende dan pengingat lahirnya Pancasila, saat ini patung Bung Karno berdiri tegak untuk memberikan semangat nasionalisme kepada bangsa Indonesia.

Dan kata “Esa” sendiri yang artinya Satu merupakan bahasa masyarakat Ende yang kini melekat dalam sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa“.




Source :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar