POHON SUKUN MERUPAKAN BUAH LAHIRNYA ISTILAH PANCASILA
Seokarno atau yang
akrab disapa Bung Karno merupakan bapak proklamator yang dikenal juga sering
melakukan meditasi atau bersemedi. Ia melakukan meditasi karena desakan
pengasingan dari negara yang menjajah Indonesia pada waktu itu atau sekedar
rutinitas Bung Karno kala ia mengunjungi sanak saudara di kampung halaman,
Blitar, Jawa Timur.
Sudah banyak pula artikel-artikel
yang membicarakan tempat-tempat di Indonesia yang menjadi tempat meditasinya. Tempat-tempat
itu juga banyak disebut angker karena dibicarakan sebagai tempat pertemuan Bung
Karno dengan makhluk goib seperti Nyi Roro Kidul. Tapi entahlah, itu merupakan
cuap cuap dari masyarakat setempat yang pernah menjadi saksi kegiatan meditasi
Bung Karno pada waktu itu.
Seperti halnya sekitar
tahun 1930-an, Ir. Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Ende, Flores, NTT. Saat
di pengasingan tersebut, ia sering bermain bersama masyarakat setempat, sekedar
melepas jenuh. Saat lelah ia duduk di
bawah pohon sukun berbatang lima.
Saat itulah Soekarno merenung dan masih dapat memikirkan
bagaimana menyatukan Nusantara dalam satu dasar negara. Mengingat Indonesia
memiliki banyak perbedaan suku, agama, ditambah dengan jarak antar pulau yang
cukup jauh, membuat Soekarno berpikir matang untuk menyatukan Indonesia. Saat
duduk dibawahnya, ia mengamati batang pohon sukun, tiba-tiba ia
mendapat inspirasi dari batang tersebut dan lahirlah Pancasila.
Danau Kelimutu, Ende, Flores, NTT
Banyak yang mengatakan,
saat di Pulau Flores, ia tidak banyak memiliki teman, ia lebih sering
menghabiskan waktu berjam-jam lamanya dengan bersemedi di pinggir danau
Kelimutu, di bawah pohon sukun. Ia tidak pernah lepas dari rasa dan kata syukur
kepada Tuhan walau keadaannya yang notabane sedang diasingkan. Kemudian secara
alami munculah kelima sila sila Pancasila di tanah Flores itu.
Bung Karno mengatakan, apa yang
dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi nusantara
sendiri. Dan ia menemukan lima butir mutiara yang indah.
Lima mutiara berharga
itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi,
Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian
menjadi Pancasila sekarang.
Guna mengenang
keberadaan Soekarno di Ende dan pengingat lahirnya Pancasila, saat ini patung
Bung Karno berdiri tegak untuk memberikan semangat nasionalisme kepada bangsa
Indonesia.
Dan kata “Esa” sendiri
yang artinya Satu merupakan bahasa masyarakat Ende yang kini melekat dalam sila
pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa“.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar