Museum Bahari, DKI Jakarta
·
Nama
Bangunan Baru : Museum
Bahari, DKI Jakarta
·
Nama
Bangunan Lama : Gudang Penyimpanan Rempah
·
Alamat
: Jl. Ps. Ikan No.1,
RT.11, Penjaringan, Kec. Penjaringan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 14440
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan
koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia
dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang
Pelabuhan Sunda Kelapa, tepatnya di jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara,
menghadap ke Teluk Jakarta. Museum ini adalah salah satu dari delapan museum
yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Sejarah Museum Bahari
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai
macam peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi
bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan
rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk
mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara
yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah
tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di
dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah
yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum
Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan
rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang
berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Pada masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari
semula adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil
bumi, seperti rempah-rempah kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang
merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun
gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan.
Tahun perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun
1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia
II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan
militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang
logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram).
Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang
kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan
pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
Luas tanah bangunan ini sekitar 9.000 m2 dan luas
bangunannya mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini sudah tiga kali di
renovasi, yaitu tahun 1976, 1980, dan 2009. Meski telah direnovasi, tapi tidak
menghilangkan ciri khas dari museumnya.
Museum Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi
kapal yang sudah tak diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan
benda-benda sejarah berupa kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur.
Mengingatkan kepada kita bahwa sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku seorang
pelaut’. Ada kebanggaan ‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di dalam mengarungi
samudra luas dan ganas. Selain itu, dari segi arsitekturnya bangunan ini
memiliki ciri khas bangunan yang terbuat dari kayu.
Source
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar