MUSEUM BAHARI
Museum pada umumnya dikenal dengan sebuah gedung atau
bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur
yang patut disimpan. Dalam sejarah museum mengalami perubahan-perubahan yang
bersifat fungsi. Museum yang awalnya sebagai tempat penyimpanan kemudian
berkembang dan bertambah dengan fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau
pameran dan akhirnya fungsi ini semakin bertambah.
Tiap museum memiliki koleksi yang berbeda-beda baik asal,
jenis, kedudukan, penyelenggara, jenis, koleksi sehingga museum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Menurut asal koleksi :
a. Museum
umum
Museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan
berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b. Museum
Khusus
Museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu
cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang geologi.
2.
Menurut kedudukannya :
a. Museum
Tingkat Nasional adalah koleksinya berasal dari
seluruh wilayah nusantara.
b. Museum
Tingkat Regional adalah koleksinya berasal dari
seluruh wilayah propinsi tertentu.
c. Museum
Tingkat Lokal
adalah koleksinya berasal dari seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya
3.
Menurut Penyelenggara :
a. Museum
Pemerintah adalah
museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah.
b. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan
dan dikelola oleh swasta.
PENGERTIAN MUSEUM BAHARI
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan
koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia
dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang
Pelabuhan Sunda Kelapa, tepatnya di jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara,
menghadap ke Teluk Jakarta. Museum ini adalah salah satu dari delapan museum
yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
·
Sejarah Museum Bahari
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai
macam peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi
bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan
rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk
mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara
yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah
tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di
dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah
yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum
Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan
rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang
berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Pada masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari
semula adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil
bumi, seperti rempah-rempah kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang
merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun
gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Gedung
Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan. Tahun perubahan itu dapat
dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada
masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945)
gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon.
Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan
Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada 1976 kompleks gedung
ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai
sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
Luas tanah bangunan ini sekitar 9.000 m2 dan
luas bangunannya mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini sudah tiga kali
di renovasi, yaitu tahun 1976, 1980, dan 2009. Meski telah direnovasi, tapi
tidak menghilangkan ciri khas dari museumnya.
Museum Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi kapal yang sudah
tak diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan benda-benda sejarah
berupa kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur. Mengingatkan kepada kita
bahwa sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku seorang pelaut’. Ada kebanggaan
‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di dalam mengarungi samudra luas dan
ganas. Selain itu, dari segi arsitekturnya bangunan ini memiliki ciri khas
bangunan yang terbuat dari kayu.
Tentu kita bertanya-tanya mengapa Museum Bahari ini perlu
dilakukan konservasi?
Alasan
mengapa bangunan Museum Bahari ini perlu untuk dikonservasi dikarenakan
bangunan ini menyimpan banyak kenangan tentang cagar budaya masa lalu dari
bangsa Indonesia. Dengan berkunjung ke Museum Bahari pengunjung akan mengetahui
sejarah dan begitu banyak kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia.
Bermacam-macam koleksi dipamerkan pada museum ini. Hanya dengan melihatnya
pengunjung akan mendapatkan kenangan yang berharga. Tidak ketinggalan pula
pesona kawasan kota tua akan dapat membangkitkan kenangan terhadap bangsa lain
yang pernah menjajah bangsa kita di masa lalu. Berlandaskan alasan
tersebut sangatlah layak dilakukan konservasi terhadap Museum Bahari ini.
·
Arahan
Pelestarian Kawasan
Arahan pelestarian kawasan ditujukan untuk mempertahankan
kondisi fisik, ciri khas dan karakter kawasan sebagai kawasan peninggalan
sejarah Kolonial di Batavia. Arahan pelestarian di Kawasan Museum Bahari secara
umum adalah :
1. Penyusunan pedoman desain untuk
mengendalikan kemungkinan terjadinya pendirian bangunan baru dengan desain dan
konstruksi yang dinilai tidak selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya. Bagi
bangunan baru diarahkan agar selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya, dengan
menyesuaikan ornamen dan bentuk atap mengikuti gaya arsitektur Kolonial.
2. Perlindungan kawasan bersejarah
melalui pemberian batasan dan penetapan zona-zona pelestarian khusus. Adanya
aturan zonasi ini melindungi kawasan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan
fungsi serta pembatasan terhadap pendirian bangunan baru yang tidak sesuai
dengan aturan.
3. Pembebasan area di sekitar kawasan
Museum Bahari yang telah berdiri bangunan-bangunan liar yang tidak sesuai
dengan gaya arsitektur dari Museum Bahari ini. Area yang akan dibebaskan ini
akan digunakan sebagai area terbuka dikarenakan di sekitar kawasan ini sangat
kurang area terbuka untuk penghijauan.
4. Pelaksanaan hukum dan peraturan
pelestarian secara tegas dan adil, pelaksanaan pemberian sanksi bagi yang
melanggar, pemberian sanksi yang tegas dan adil diharapkan mampu mengendalikan
perubahan kawasan bersejarah.
5. Memberikan insentif berupa
keringanan retribusi dan bantuan dana perawatan bangunan, penghargaan bagi
masyarakat yang telah berperan aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan
bersejarah.
6. Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat baik pemilik bangunan bersejarah maupun non bersejarah mengenai
pentingnya pelestarian kawasan bersejarah, diharapkan melalui penyuluhan ini
dapat mengubah cara pandang masyarakat yang semula memandang negatif terhadap
pelestarian kawasan.
7. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat
dalam melakukan kegiatan pelestarian serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah
8. Pembersihan dan pengerukan limbah
kali disekitar kawasan yang menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran saluran
air, sehingga fungsi saluran air kembali normal
9. Melakukan sosialisasi pada
masyarakat sekitar agar tidak membuang limbah ke saluran air sekitar kawasan.
·
Arahan Pelestarian
Bangunan
Arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Museum
Bahari dirumuskan berdasarkan pertimbangan faktor penyebab perubahan fisik
bangunan bersejarah. Adapun arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan
Museum Bahari adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan pedoman tata cara
pemeliharaan bangunan kuno-bersejarah termasuk memuat bagian-bagian bangunan
yang harus dipertahankan keasliannya. Hal ini bertujuan agar setiap bangunan
bersejarah memiliki perlindungan yang jelas, sah dan mengikat sehingga apabila
terjadi pergantian kepemilikan bangunan di sekitar Museum Bahari, perubahan
fisik bangunan oleh pemilik baru dapat dicegah. Juga dengan pemberian sanksi
yang tegas kepada pemilik bangunan yang melakukan perubahan pada bangunan
bersejarah.
2. Memberikan informasi yang jelas
mengenai pentingnya pelestarian bangunan bersejarah secara rutin kepada
masyarakat melalui publikasi atau penyuluhan dan mengajak pemilik bangunan
untuk ikut berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah di kawasan.
3. Pemberian insentif kepada pemilik
bangunan yang telah berperan serta dalam menjaga kelestarian fisik bangunan dan
kawasan, melalui pemberian bantuan dana perawatan bangunan, subsidi atau
pemberian keringanan retribusi.
4. Pemberian penghargaan dari
pemerintah kepada pemilik bangunan atau masyarakat yang telah berperan aktif
dalam pelestarian bangunan bersejarah, penghargaan dapat berupa piagam,
publikasi, subsidi untuk pemeliharaan bangunan.
5. Mempertahankan bentuk fisik bangunan
100% seperti apa adanya dan melakukan pemeliharaan dan perlindungan
orisinalitas bentuk bangunan. Memperbaiki fisik bangunan yang telah terjadi
kerusakan dengan tetap menjaga bentuk asli bangunan.
6. Membuat acara-acara bulanan atau
tahunan yang berskala nasional untuk promosi kawasan.
7. Pemerintah dapat mengambil alih
kepemilikan serta pengelolaan bangunan kuno yang terbengkalai atau pemilik
tidak mampu lagi melakukan perawatan.
|
( Lokasi Museum Bahari dilihat dari peta )
|
Museum
Bahari terletak di Jl. Pasar Ikan. Museum ini berbatasan dengan :
-
Sebelah
utara : Rumah warga
-
Sebelah
timur : Rumah warga dan warung
perniagaan
-
Sebelah
selatan : Pasar dan Menara Syahbandar
-
Sebelah
barat : Teluk Jakarta
Terlihat dengan jelas bahwa museum ini di kelilingi oleh
rumah warga karena letak dari museum ini yang menjorok ke dalam. Area terbuka
sangat kurang pada kawasan ini sehingga membuat suhu menjadi panas karena
didukung juga oleh jalan raya yang tidak jauh dari lokasi bangunan.
|
( Unit bangunan pada Museum Bahari )
|
Museum Bahari memiliki luas tanah sekitar 9.000 m2 dan
luas bangunannya mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini terdiri dari 4
unit bangunan, bangunan 1 sebagai museum, lobby, toilet dan musholla, bangunan
2 sebagai museum, bangunan 3 sebagai museum, dan bangunan 4 sebagai kantor dan
hall.
Museum Bahari menyimpan 126 koleksi benda-benda sejarah
kelautan. Terutama kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan
miniatur yang dipajang terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur.
Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi,
jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.
Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data
jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta
cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga
menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh
maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia – Amsterdam.
Jumlah koleksinya sekitar 1835 buah. Secara tematik, tata
pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu :
1.
Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi
yang dipamerkan : miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.
2.
Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi
yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.
3.
Ruang Teknologi Pembuatan Kapal
Tradisional
Koleksi
yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.
4.
Ruang Biota Laut
Koleksi
yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.
5.
Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000
(Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi
yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di
Jakarta pada rentang tersebut, termasukmeriam, keramik, dan benteng.
6.
Ruang Navigasi
Koleksi
yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.
7.
Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi
yang dipamerkan : foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama
dari Eropa ke Asia.
·
Langgam
Museum Bahari menggunakan ciri khas bangunan kolonial
Belanda, gaya The Empire Style (khas Eropa) merupakan gaya
yang dipakai pada masa itu untuk menunjukan eksistensinya di daerah
kekuasaannya (Indonesia). Namun iklim di Indonesia berbeda dengan iklim di
Belanda, oleh karena itu pada bangunan ini ditambahkan atap pelana. Penambahan
atap ini akhirnya membuat suatu gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya
Hindi Belanda.
Gaya
arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur
neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang
diterjemahkan secara bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang
disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun
disesuaikan dengan lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada
waktu itu (Akihary dalam Handinoto, 1996: 132).
Ciri-cirinya antara lain denah yang simetris, satu lantai
dan ditutup dengan atap perisai. Karakteristik lain dari gaya ini diantaranya :
terbuka, terdapat pilar di serambi depan dan belakang, terdapat serambi tengah
yang menuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lain. Ciri khas dari gaya arsitektur
ini yaitu adanya barisan pilar atau kolom (bergaya Yunani) yang menjulang ke
atas serta terdapat gevel dan mahkota di atas serambi depan dan belakang.
Serambi belakang seringkali digunakan sebagai ruang makan dan pada bagian
belakangnya dihubungkan dengan daerah servis (Handinoto, 1996: 132-133).
Gaya
ini dapat pula ditemukan pada Museum Bahari, berikut ulasannya :
1.
Atap
Atap
pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan beriklim tropis
dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis pada atap pelana
dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini. Pada atap juga terdapat
bagian yang tercoak (seperti terpotong) dan membentuk suatu atap baru yang agak
menjorok, atap ini mencerminkan gaya bangunan koloni.
|
( Atap bangunan yang berbentuk pelana dan pada bagian
tertentu terdapat sisi yang mencoak )
|
2.
Pintu
Pintu
yang digunakan berbentuk ‘dome’ dan terbuat dari kayu jati dan
kusennya terbuat dari batu. Elemen lengkung ‘arch’ sangat
menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu. Hampir seluruh pintu yang
terdapat pada museum ini berbentuk ‘dome’.
|
( Pintu yang berbentuk ‘dome’ )
|
3.
Jendela
Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat
dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu. Jumlah dan letak
jendela yang berirama statis dan pendek-pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.
|
( Jumlah dan letak jendela pada Museum Bahari yang statis
dan pendek-pendek )
|
4.
Dinding
Dinding pada Museum Bahari memiliki hingga 20 cm. seluruh
warna pada dinding baik eksterior maupuninterior adalah
berwarna putih.
|
( Eksterior Museum Bahari )
|
|
( Interior Museum Bahari )
|
5.
Kolom
Pada
Museum Bahari ini menggunakan kolom yang terbuat dari kayu jati dengan
ketebalan 20-30cm. Kolom kayu kokoh ini membuat kesan bangunan ini elegan dan
khas Indonesia.
|
( Kolom yang terbuat dari kayu )
|
6.
Plafond
Pada Museum Bahari hampir seluruh konstruksinya memakai
kayu, terdapat pada bagian kolom dan balok yang menopang lantai 2 dan 3.
Penutup lantai pada lantai 2 dan 3 juga memakai konstruksi kayu panel, dan
tidak adanya penutup plafond sehingga bisa dikatakan bahwa kayu panel yang
digunakan sebagai penutup lantai di lantai 2 dan 3 juga berperan sebagai
plafond pada lantai di bawahnya.
|
( Plafond pada Museum Bahari )
|
7.
Elemen Hard Material
Pada
bagian entrance (pintu masuk) terdapat sepasang jangkar kapal.
Jangkar ini lumayan besar setinggi ±80cm dan berwarna hitam. Jangkar ini
sebagai penanda bahwa di dalam bangunan ini terdapat menyimpan sesuatu yang
berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.
|
( Terdapat sepasang jangkar pada bagian entrance )
KESIMPULAN
Museum
Bahari merupakan salah satu cagar budaya masa lalu dari bangsa Indonesia yang
perlu dipertahankan. Begitu banyak koleksi yang tersimpan di dalamnya yang
menjadikan sebuah pengalaman berharga saat seseorang berkunjung kesana.
Sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan tentang sejarah dan kekayaan yang
dimiliki Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu berlandaskan alasan tersebut
sangatlah layak dilakukan konservasi terhadap Museum Bahari ini.
Konservasi
yang dilakukan adalah pembebasan area di sekitar kawasan Museum Bahari untuk
memperluas area museum tersebut dan perawatan bangunan baik eksterior maupun
interior bangunan tanpa merubah gaya yang telah ada. Dengan melakukan
konservasi ini berarti kita mempertahankan keberadaan bangunan sejarah
sebagai salah satu warisan budaya yang mempunyai nilai penting bagi
Indonesia.
|
|
|